Seorang ibu terkejut membaca angka tekanan darah putranya yang berumur 13 tahun mencapai 154/86 mmhg waktu diperiksa sendiri di rumah. Mengapa bisa begitu? Apa yang harus dilakukan?
Ketika itu si ibu baru saja membeli alat periksa tensi darah untuk keperluan ayahnya, yang sudah lama darah tinggi. Iseng-iseng ia mengukur tensi putranya, selain mengukur tensi darahnya sendiri. Tensi si ibu normal, sesuai kondisi sebelumnya. Anggapannya, berarti tensi anaknya betul tinggi.
Ya, saya memahami keterkejutan ibu ini melihat tensi anak berumur 13 tahun sudah begitu tinggi. Kalau benar itu realitanya, nilai itu sudah digolongkan darah tinggi. Namun, tidak bijak begitu saja memvonis darah tinggi. Banyak faktor yang memengaruhi tekanan darah meninggi.
Tekanan darah itu berfluktuasi dari hari ke hari, bahkan dari jam ke jam. Naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dalam maupun luar tubuh. Faktor dari dalam, utamanya faktor emosi. Saat sedang marah atau emosi memuncak, tekanan darah serta-merta meninggi. Begitu juga saat sedang ketakutan, terkejut, atau fobia.
Lain dari itu, faktor kondisi pipa pembuluh darah sendiri bisa memengaruhi. Bila dinding pembuluh darah tubuh menebal oleh "karat lemak" lalu bertambah kaku dan keras karena proses menua, tekanan darah juga meninggi. Demikian pula bila sakit gondok, ginjal, dan anak ginjal (suprarenal gland).
Pengaruh faktor dari luar, antara lain asupan garam dapur berlebihan, obat-obatan, jamu, herbal, jenis menu tertentu, sehabis aktivitas fisik dan berolahraga, sedang demam, atau kondisi jantung yang abnormal.
Meningginya tekanan darah biasanya hanya bersifat sementara. Tubuh sendiri memiliki mekanisme autoregulasi untuk menormalkan kembali bila tekanan darah mendadak tinggi. Begitu pula bila mendadak menurun.
Hadirnya baroreseptor tekanan darah di pembuluh darah leher (karotid), salah satu organ pengaturnya. Makin bertambah usia, makin buruk fungsi baroseptor di karotid. Itu maka lumrah bila ada kecenderungan tensi darah meninggi dengan bertambahnya usia.
Darah tinggi primer
Yang mewarisi bakat darah tinggi menerimanya dari turunan, dan disebut bersifat primer. Sudah dari sono-nya ada bakat tensi meninggi. Hipertensi sudah dialami sejak usia muda. Kelompok ini sukar dicegah, dan biasanya bergantung obat antihipertensi sepanjang hayat.
Tidak demikian bila darah tinggi bersifat didapat (acquired). Tubuh sebetulnya tidak mewarisi bakat darah tinggi. Namun, akibat kelebihan konsumsi garam dapur, kegemukan, membiarkan gangguan ginjal (infeksi, batu kemih), tak menginsafi ada gangguan anak ginjal, mengidap kelebihan fungsi gondok (hyperthyroidism) hipertensi merupakan gejalanya.
Lebih banyak kasus darah tinggi sekarang ini sebab didapat daripada faktor turunan. Pada kelompok ini darah tinggi sebagai gejala, dan bukan penyakit. Tak perlu terus-menerus minum obat darah tinggi seperti jika turunan. Begitu penyakit yang mendasari darah tingginya disembuhkan, gejala darah tingginya reda sendiri.
Kalau ada orang belum tergolong dewasa sudah menunjukkan hipertensi, perlu mendapat perhatian serius. Tentu tidak boleh gegabah memvonisnya, sebelum jelas melacak apa di belakang gejala darah tingginya. Pada kasus di atas, bisa jadi benar ada faktor turunan (dari kakeknya yang sudah lama darah tinggi).
Pada darah tinggi turunan, bisa saja hipertensi sudah muncul di usia sangat muda. Namun, di umur 13 tahun, masih perlu dilacak kemungkinan lain. Perlu diperiksa kondisi ginjalnya, anak ginjalnya, gondoknya, atau kelenjar di otaknya sebelum memastikan faktor genetik penyebabnya.
Berapa nilai hipertensi itu?
Menurut ketentuan WHO, tidak serta-merta nilai sekadar di atas 120/80 mmHg sudah digolongkan hipertensi. Tensi 139/89 mmHg dikelompokkan normal atas (high normal, dan bila di atas 140/90 mmHG baru digolongkan hipertensi. Apa artinya? Bukan berarti yang 139/89 mmHg tak perlu diterapi karena belum tergolong hipertensi, melainkan wajib menumbuhkan kewaspadaan.
Tensi tetap harus diturunkan mendekati nilai normalnya. Caranya, kalau bisa tanpa obat, yakni dengan menurunkan berat badan sampai ideal (Body Mass Index = berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (M), indeksnya 20-25; konsumsi garam dapur dibatasi (low sodium), dan rutin bergerak badan, atau berolahraga.
Bila tanpa obat, katakanlah selama sebulan, tensi tidak juga menurun, obat baru diminum. Mengapa? Karena semua obat antihipertensi memiliki efek samping yang melemahkan. Obat baru "terpaksa" diminum bila setelah dicoba tanpa obat tidak menolong. Itupun memilih golongan obat antihipertensi yang paling enteng dulu, bukan obat golongan antihipertensi generasi terbaru.
Kalau mempan dengan obat konvensional, mengapa harus dengan generasi terbaru. Makin baru obat, biasanya makin besar efek buruknya. Pilih yang sudah lama teruji ringan saja efek sampingnya.
Kapan mengukur tensi darah?
Tensi darah sejati dinilai saat baru bangun tidur pagi. Mengukur tensi darah sehabis shopping, baru berolahraga, sesudah marah-marah, bukanlah nilai tensi yang sesungguhnya.
Berpatok pada nilai tensi bukan yang sesungguhnya bukanlah cara tepat dalam mendiagnosis sebagai dasar melakukan terapinya. Mengapa?
Bila sebetulnya tensi seseorang tidak tinggi, tetapi karena diukur pada saat yang tidak tepat dan hasilnya tinggi, lalu diberi obat, cara ini berisiko membahayakan pasien. Karena sebetulnya tensinya tidak tinggi tetapi diberi obat, tensi bisa menjadi anjlok. Tensi yang anjlok lebih berbahaya ketimbang sedikit tinggi. Apalagi kalau sesungguhnya bukan tensi yang terbilang tinggi.
Kasus stroke bisa terjadi bila tensi yang biasanya normal atau sedikit di atas normal mendadak anjlok. Obat antihipertensi yang tidak tepat diberikan atau kelebihan dosis salah satu penyebabnya. Pasokan darah ke otak mendadak berkurang akibat tensi darah anjlok itulah yang mencetuskan terjadinya stroke.
Protokoler mendiagnosis hipertensi itu dengan cara melakukan pengukuran memakai tensimeter yang lama (dan sudah ditera) tiga kali berturut-turut. Bila pengukuran tiga kali berturut-turut selang waktu seminggu hasilnya sama, yakni lebih tinggi dari normal, baru diagnosis hipertensi boleh ditegakkan. Lebih sering terjadi kasus bukan hipertensi, sehingga terjebak mengobati terhadap kesalahan ukur.
Kembali pada kasus di atas, setelah memastikan betul hipertensi, saya kira tetap diperlukan beberapa pemeriksaan, baik laboratorium darah, fungsi jantung, ginjal, anak ginjal, dan kelenjar otak. Bagaimanapun, seandainya benar putra ibu tersebut hipertensi, kondisi demikian tidak boleh dibiarkan. Tensinya harus segera diturunkan. Darah tinggi untuk waktu lama tidaklah menyehatkan. Jantung, otak, ginjal akan menderita akibat memikul beban hipertensi bertahun-tahun.
Setelah melacak dan menemukan penyebab di belakang hipertensinya, seberapa bisa penyebabnya segera diatasi. Ibarat api, darah tinggi hanya asap. Tak cukup meredam darah tinggi karena lebih penting meniadakan penyebabnya sekiranya masih mungkin dilakukan koreksi. Kecuali bila hipertensinya benar bersifat primer, warisan genetik, hingga kini dunia medis masih belum mampu memadamkannya.
Oleh: Dr. Handrawan Nadesul Dokter Umum |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar